Senin, 13 Juli 2015

makalah stress kerja

MAKALAH

STRESS KERJA



BAB I
 PENDAHULUAN


1.      Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial  ekonominya saja  tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabilagar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih, baik lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut.
1.2  Rumusan masalah
1.      Apa Pengertian Stres?
2.      Apa saja  Faktor Penyebab Stres Kerja?
3.      Apa Gejala-gejala Stres?
4.      Bagaimana cara Pengendalian Stres?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian Stres?
2.      Mengetahui Faktor Penyebab Stres Kerja?
3.      Mengetahui Gejala-gejala Stres?
4.      Mengetahui cara Pengendalian Stres .

BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Pengertian Stres
      Dalam Undang-undang RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 164 dan pasal 165, Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi pekerja disektor formal dan informal.
Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya (Anwar Prabu, 1993: 93).
Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi merupakan situasi stres atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksi di tempat lain, di rumah, di sekolah, di perkumpulan, dan  sebagainya (Ashar Sunyoto, 2001: 380).

Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), menyatakan bahwa seseorang dapat dikategorikan mengalami   stres kerja jika:
1.      Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stress kerja. 
2.      Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu. 
3.      Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut.
Sebenarnya stres kerja tidak selalu membuahkan hasil yang buruk dalam kehidupan manusia. Selye membedakan stres menjadi 2 yaitu distress yang destruktif dan eustress yang merupakan kekuatan positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Semakin tinggi dorongan untuk berprestasi, makin tinggi juga produktivitas dan efisiensinya. Demikian pula sebaliknya stres kerja dapat menimbulkan efek yang negatif. Stres dapat berkembang menjadikan tenaga kerja sakit, baik fisik maupun mental sehingga tidak dapat bekerja lagi secara optimal (Ashar Sunyoto, 2001: 371,374).
 
1.2  Faktor Penyebab Stres Kerja
Ada 4 Penyebab Stres Kerja Menurut Gibson dkk (1996:343-350) yaitu:
1.      Lingkungan fisik
Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu, dan udara terpolusi.
2.      Individual
Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:
§  Konflik peran: Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai. Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang tidak cocok.
§  Peran ganda: Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari seseorang tentang hak, hak khusus dan kewajiban- kewajiban dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
§  Beban kerja berlebih: Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.
§  Tidak adanya kontrol: Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja, pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas dan kendali jadwal merupakan hal yang penting.
§  Tanggung jawab: Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang, namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai stresor.
§  Kondisi kerja
3.      Kelompok
Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa individu.Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.
4.      Organisasional
Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek dan tidak adanya kebijakan khusus.

Sumber stres kerja menurut Carry Cooper (dikutip Jacinta F, 2002) ada 4 yaitu:
1.      Kondisi pekerjaan, meliputi :
Ø  Kondisi kerja yang buruk. Berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadahi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.
Ø  Overload. Overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi. Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit sehingga menyita kemampuan karyawan.
Ø  Deprivational stres. Kondisi pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).
Ø  Pekerjaan beresiko tinggi. Pekerjaan yang beresiko tinggi atau berbahaya bagi keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, dan sebagainya.
2.      Konflik peran
Stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu yang diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya timbul keinginan untuk meninggalkan pekerjaan.Para wanita yang bekerja mengalami stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria.Masalahnya wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
3.      Pengembangan karir
Setiap orang pasti punya harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Namun cita- cita dan perkembangan karir banyak sekali yang tidak terlaksana.
4.      Struktur organisasi
Gambaran perusahaan yang diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab, aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas, iklim politik perusahaan yang tidak jelas serta minimnya keterlibatan atasan membuat karyawan menjadi stres.
Adanyana Manuaba (2005:4), menyebutkan bahwa stres yang berkaitan dengan pekerjaan, dapat disebabkan oleh :
1.      Tuntutan pekerjaan terlalu berat atau terlalu rendah
2.      Pekerja tidak punya hak/ tidak diikutkan dalam mengorganisir kerja mereka
3.      Dukungan rendah dari manajemen dan teman sekerja
4.      Konflik karena tuntutan yang tinggi seperti tercapainya kualitas dan produktivitas.
Pengendalian yang buruk terhadap penyebab stres kerja dapat berakibat pada penyakit dan menurunnya penampilan dan produktivitas. Stres kerja dapat disebabkan oleh beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan yang rendah, iklim kerja yang tidak menentu, autoritas yang tidak memadahi yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan perusahaan, dan frustasi (Anwar Prabu, 1993: 93)

Ashar Sunyoto (2001: 381), mengelompokkan faktor-faktor penyebab stres dalam pekerjaan yaitu:
1.      Faktor- faktor intrinsik dalam pekerjaan
Meliputi tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik berupa bising, vibrasi (getaran), higene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup:
a.       Kerja shift atau kerja malam
Kerja shift merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagi, siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan perut.
b.      Beban kerja
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres.
c.       Paparan terhadap risiko dan bahaya
Risiko dan bahaya dikaitkan dengan jabatan tertentu merupakan sumber stres. Makin besar kesadaran akan bahaya dalam pekerjaannya makin besar depresi dan kecemasan pada tenaga kerja.
2.      Peran individu dalam organisasi
Setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan- aturan yang ada dan sesuai yang diharapkan atasannya. Namun tenaga kerja tidak selalu berhasil memainkan perannya sehingga timbul :
(a)Konflik peran
(b) Ketaksaan peran : Ketaksaan peran dirasakan jika seseorang tenaga kerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau tidak merealisasikan harapan- harapan yang berkaitan dengan peran tertentu.

3.      Pengembangan karier
Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih dan promosi yang kurang.
4.      Hubungan dalam pekerjaan
Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisaasi.
5.      Struktur dan iklim organisasi
Kepuasan dan ketidakpastian kerja berkaitan dengan penilaian dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stres yang ditemui terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau barperan serta dalam organisasi.
6.      Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan
Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan seorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa- peristiwa kehidupan dan kerja didalam satu organisasi dan dengan demikian memberikan tekanan pada individu. Isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan- keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya.

7.      Ciri individu Stres ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres.

Sarafino (dikutip Bart Smet, 1994: 117) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 yaitu: 
1.      Lingkungan fisik yang terlalu menekan seperti kebisingan, temperatur atau panas yang terlalu tinggi, udara yang lembab, penerangan di kantor yang kurang terang. 
2.      Kurangnya kontrol yang dirasakan
3.      Kurangnya hubungan interpersonal
4.       Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Para pekerja akan merasa stres bila mereka tidak mendapatkan promosi yang selayaknya mereka terima.

2.3 Gejala-gejala Stres
Secara umum seseorang yang mengalami stres pada pekerjaannya akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu :
1.      Physiological memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan nafas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2.      Psychological memiliki indikator yaitu : terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3.      Behavior ( perilaku) memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada produktivitas, ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan susah tidur, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Adapun gejala stres ditempat kerja yang sering terjadi, yaitu:
1.      Kepuasan kerja rendah
2.      Kinerja yang menurun
3.      Semangat dan energi menjadi hilang
4.      Komunikasi tidak lancar
5.      Pengambilan keputusan jelek
6.      Kreatifitas dan inovasi kurang
7.      Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif
Semua yang disebutkan diatas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.


2.4 Pengendalian Stres
Manajemen stres dan teknik pengurangan stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres ditempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukan cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penanggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya ditempat kerja. Stres dapat  timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman  atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat. (margiati, 1999:76)
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atu ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berfikir untuk memberikan
tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengola stres, ada 2 pendekatan yaitu: pendekatan individu dan pendekatan organisasi

1.      Pendekatan individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengolahan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengolahan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan –kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2.      Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
            Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk pengurangan stres yang terjadi. Ada 4 pendekatan yang sering digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan retrukturisasi kognitif yang semuanya membantu para karyawan mengatasi stres yang berkaitan dengan pekerjaan. 
1.      Relaksasi otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan yang       lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif  kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Teknik ini terdiri atas menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat ke muka.
Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
2.      Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di deteksi, diperkuat dan ditunjukan kepada orang tersebut. Peran potensial dari biofeedback sebagai teknik manajemen stres individu dapat dilihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu yang dikendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan non stres. Salah satu keunggulan teknik biofeedback dibandingkan dengan non biofeedback adalah bahwa teknik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum mengurangi manifestasi fisiologis negativ dari stres.




3.      Meditasi

             Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri.
Respon relaksasi adalah kebalikan fisiologis dan psikologis dari respon stres berperang atau lari. Herbert benson menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi 4 langkah.
Keempat langkah tersebut adalah :
Ø  Menemukan suatu lingkaran
Ø  Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari fikiran yang berorientasi secara eksternal.
Ø  Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang pasif.
Ø  Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi mahes yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stres.
4.      Restrukturisasi kognitif
            Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen stres dikenal sebagai retrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses kognitif , atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi. Teknik kognitif dari manajemen stres berfokus paa mengubah label atau kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebih banyak kendali atas reaksi meraka terhadap stresor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.

Selain teknik pengurangan stres diatas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan. Agar       stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang dikemukakan oleh alex :
1.      Sediakan waktu rilex
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi, sebelum anda berangkat kerja daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak ada solusinya) , lebih baik digunakan waktu anda yang terbatas tersebut untuk melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai beban anda merasa berkurang.
2.      Bersikap lebih asertif
      Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang tugas anda dan tanggung jawab tambahan yang ingin anda pegang. Dengan demikian, anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa anda lakukan dengan cara seperti yang diinginkan perusahaan.
3.      Bekerja lebih efisien
      Selalu kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas disebabkan tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara efisien, anda juga harus trampilmenentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu anda mengatur strategi.
4.      Tingkatkan energi dengan tidur
      “Ketika lelah, anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang  sepele,” demikian tulis Camile Anthony dalam “the art of napping at work” (1999). Kesalahan juga akan membuat perhatian anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan.             Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor ( diluar waktu sholat) atau mobil anda untuk tidur, Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting  tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang, Menurut anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor sehingga memperbaiki hubungan anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat anda lebih lelah ketika bangun.
5.      Atur lingkungan kerja
      Bagaimana kondisi kerja anda? Apakah meja kerja anda berantakan atau ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang tampaknya sepele tersebut dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan anda. Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada baiknya anda memulainya dari meja anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama meja dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga anda dapat bekerja dengan cahayaalami dari luar.
6.      Kembangkan pola hidup sehat
      Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
      Berolah raga secara teratur. Olahraga yang cukup tidak saja menyehatkan badan, tetapi juga memperbesar kapasitas badan dan memperbesar kapasitas paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh anda, sehingga akan berpikir lebih jernih.
7.      Tingkatkan ketrampilan
      Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika anda merasa kurang mampu berkomunikasi, anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika anda mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat anda menjadi karyawan yang lebih berharga
8.      Lupakan pekerjaan saat libur
      Membawa laptop saat liburan keluarga?  Tinggalkan saja kebiasaan itu. Liburan sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan berarti membuang waktu. Selain memberikan energi tambahan yang akan membuat anda lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan anda dengan keluarga.
9.      Pekerjaan bukan segalanya
Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk aktualisasi diri. Tapi diluar pekerjaan, masih banyak   kegiatan lain yang dapat menimbulkan persaan berguna bagi anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat meyakinkan diri bahwa walaupun anda tidak bisa memperbaiki keadaaan di tempat kerja, anda bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan anda sendiri adalah harta tak ternilai.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stres juga terjadi dalam kerja dimana stres tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu lingkungan fisik, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan individual. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stres yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan bagaimana stres yang dialami seseorang tersebut
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negativ dimana stres itu akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stres. Stres yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stres dalam pekerjaan disuatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi stres yang mereka alami.
Pada dasarnya stres terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.

3.2  Saran
Stres dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagai teknik pengurangan stres yang dapat digunakan serta manajemen stres tersebut dengan baik. Karena hal tersebut mampu mencegah stres dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi karyawab  juga baik bagi perusahaan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar